Belajar dari Iberahim, Hikmah Ibadah Qurban.


Ibadah Qurban adalah salah satu hari raya bagi umat Islam yang selalu dipenuhi kandungan hikmah didalamnya, setiap muslim yang melakukan ibadah qurban dengan menyembelih hewan qurban baik Onra, Sapi, Domba maupun kambing pastinya meniatkan diri untuk melaksanakan ibadah dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kepada Allah.  
Begitu pentingnya Ibadah Qurban, sampai-sampai Rasulullah menyatakan bahwa berqurban adalah ciri keislaman seseorang.  Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]. 

Tahukan anda, bahwa pelaksanaan ibadah qurban memiliki arti sebagai cerminan ketauhidan yang paling tinggi, Ritual ibadah qurban merupakan momen untuk mengenang kembali perjuangan  yang dilakukan oleh Ibrahim seorang nabi sholeh yang dikenal sebagai bapaknya tauhid.


Ibadah qurban yang dilakukan oleh nabi Ibrahim dengan mengorbankan anak yang dicintainya mengajarkan kepada manusia sikap bertauhid yang sesungguhnya. Nabi Ibrahim mampu membebaskan dirinya dari penghambaan kepada materi (dalam hal ini anak yang dicintainya) menuju penghambaan kepada Allah semata. Melalui ibadah qurban ini nabi Ibrahim memperlihatkan keimanan, ketundukan dan ketaatannya hanya kepada Allah. Nabi Ibrahim juga telah berhasil melepaskan diri dari kelengketannya kepada dunia, baik jasadnya, jiwanya, hatinya, maupun ruhnya, karena kelengketan kepada dunia akan menjadi penghalang seseorang untuk melakukan pengorbanan, ketaatan maupun kepatuhan dalam menjalankan perintah Allah.


Di sisi lain, nilai tauhid yang ada dalam kisah qurban nabi Ibrahim adalah pengorbanan yang dilakukan oleh nabi Ibrahim diperuntukan bagi Allah semata tidak untuk selain-Nya. Kisah qurban ini menegaskan penyangkalan dan pelarangan melakukan ibadah yang dilaksanakan untuk sesembahan selain Allah, seperti melakukan qurban yang diperuntukan bagi penjaga pantai selatan agar tidak menimpakan bencana, atau melakukan qurban yang diperuntukan bagi sesuatu yang akan mendatangkan manfaat, padahal yang dapat menimpakan bencana dan mendatangkan maslahat hanyalah Allah semata.

Sudah selayaknya kita belajar banyak dari kisah nabi Iberahim ini, sudahkan ibadah qurban yang kita lakukan benar-benar dalam rangka sebuah bentuk rasa takwa kita, atau ada faktor lain yang mengotoriya.  Saya selalu merasa takut, jangan sampai apa yang saya lakukan dalam ibadah qurban ini masih dikotori dengan noda-noda riya, tidak ikhlas dan lain sebagainya.  Dan yang paling saya takutkan adalah manakala kita hanya akan mendapatkan daging qurban saja, menikmati sedapnya gulai kambing atau nikmatnya sate bersama keluarga, hanya itu. Sementara ibadah kita tidak dicatat sama sekali, alias berqurban tanpa pahala naudzubillah….  
Semoga ibadah qurban tahun ini kita kembali mendapatkan hikmah, dari berbagai dimensi, utamanya rasa ketauhidan kita, peningkatan iman dan ketakwaan kita, juga  dimensi sosial, berupa kepedulian terhadap sesama. Selamat Hari Raya Idul Adha 1434 H.   

Tentang Mas Odjie

Pendidik di Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta
Pos ini dipublikasikan di CORETAN, Edukasi. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar